Minggu, 30 Oktober 2016

Mi VR, Headset "Virtual Reality" Xiaomi Rp 300.000-an

Agustus lalu, Xiaomi baru meluncurkan perangkat virtual reality (VR) perdananya bertajuk Mi VR Play. Dalam kurun waktu sebulan, Xiaomi buru-buru merilis versi update perangkat tersebut yang dinamai Mi VR tanpa embel-embel "Play".



"Ini adalah bentuk keseriusan kami menggarap teknologi VR," kata CEO Xiaomi, Lei Jun, Selasa (25/10/2016), dalam acara peluncuran yang digelar di Peking University Gymnasium, Beijing, China.

Perbedaan antara Mi VR versi Agustus dan Oktober bisa dilihat jelas dari desainnya. Mi VR Play lebih mirip dengan Cardboard buatan Google yang masih sederhana.

Sementara itu, Mi VR digarap lebih serius seperti perangkat VR buatan vendor kawakan semisal Samsung Gear VR, HTC Vive, LG 360 VR, serta Oculus Rift.

Mengusung kombinasi warna hitam dan putih, Mi VR tampak futuristik. Sensornya menghasilkan latensi ultra-low 16 ms yang diklaim bisa mereduksi motion-sickness atau rasa mual yang timbul.

Xiaomi juga melengkapi Mi VR dengan kontroler 9-axis sebagai pengendali perangkat. Bentuknya bak remote control yang simpel dan elegan.

Dalam kesempatan yang sama, Xiaomi juga memperkenalkan platform VR yang dinamai MIUI VR. Platform tersebut menyajikan berbagai konten VR, mulai dari video hingga game.

Setidaknya 500 video panoramik dan 30 aplikasi game sudah mendukung MIUI VR. Lei sesumbar Xiaomi sudah menggandeng lebih dari 200 developer untuk membuat lebih banyak konten Mi VR.

Penggunaan Mi VR ini hanya terbatas pada beberapa perangkat flagship Xiaomi seperti Mi 5, Mi 5s, Mi 5s Plus, serta Mi Note 2 teranyar. Harga yang dipatok untuk perangkat VR ini relatif murah, yakni cuma 199 RMB alias Rp 381.000-an.

Pada acara yang dihadiri sekitar 2.000 Mi Fans dan awak media tersebut, Xiaomi meluncurkan tiga produk. Selain Mi VR, produk "primadona"-nya adalah Mi Note 2. Ada juga Mi Mix yang merupakan ponsel tanpa bezel.

Resmi, Moto E3 Power Dijual Rp 1,9 Juta di Indonesia

Setelah resmi mendapatkan sertifikasi TKDN dari Kementerian Komunikasi dan Informatika pekan lalu, smartphone Android Moto E Power akhirnya resmi meluncur lewat acara bertajuk "Moto is Back" yang digelar di Jakarta, Rabu (26/10/2016).



Moto E3 Power dipasarkan di Indonesia oleh Lenovo selaku pemilik Motorola dan brand ponsel Moto setelah mengakuisisi perusahaan asal Amerika Serikat.

Ponsel ini sekaligus menandai kembalinya ponsel besutan Motorola setelah sempat absen di pasaran Indonesia selama beberapa tahun.

"Kami senang sekali bisa mengembalikan ponsel Motorola yang legendaris di Indonesia," ujar Country Lead Mobile Business Group Lenovo Indonesia, Adrie R. Suhadi, ketika berbicara dalam acara.

Adrie menjelaskan bahwa Lenovo membeli divisi ponsel Motorola genap dua tahun lalu pada Oktober 2014 dengan nilai 2,9 miliar dollar AS. Perpaduan aneka teknologi dan portofolio paten Motorola dengan Lenovo disebutnya bakal memperkuat posisi kedua pabrikan di kancah global.

"Motorola itu kuat di teknologi seluler dan operator, sementara Lenovo kuat di supply chain dan ritel," kata Adrie.

Moto E3 Power sendiri merupakan smartphone Android kelas menengah yang dibanderol dengan harga Rp 1.899.000.

Spesifikasinya mencakup layar 5 inci dengan resolusi HD (1.280 x 720), kamera utama 8 megapiksel, kamera sekunder 5 megapiksel, prosesor quad-core 64 bit, RAM 2 GB, serta sistem operasi Android 6.0 Marshmallow.

Embel-embel "Power" menunjukkan kapasitas baterai yang lebih besar dari varian Moto E3 umumnya. Lenovo mengklaim baterai 3.500 mAh yang tertanam pada E3 Power cuma butuh diisi selama 15 menit untuk menghasilkan ketahanan selama 5 jam.

Untuk memenuhi ketentuan soal Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), Lenovo memproduksi ponsel Moto di fasilitas perakitan di Serang, Banten, yang dioperasikan melalui kerjasama dengan TDK.

Baca: Resmi Penuhi TKDN, Ponsel Motorola Dirakit di Serang

Sebelumnya, pabrik yang sama telah lebih dulu memproduksi ponsel-ponsel bermerk Lenovo untuk dipasarkan di Indonesia

Alasan Xiaomi Lebih Sering Rilis Ponsel di India, Bukan Indonesia

Dalam berbagai kesempatan, Xiaomi selalu menyebut Indonesia sebagai pasar yang penting dan potensial. Basis Mi Fans di Tanah Air pun digadang-gadang paling besar kedua setelah China.



Namun, banyak gadget-gadget Xiaomi yang tidak dirilis di Indonesia, melainkan hanya di India, seperti Redmi 3, Redmi Pro, Redmi Note 4, Mi 4S dan sebagainya.

Xiaomi juga belum membangun pabrik untuk memenuhi syarat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang ditetapkan pemerintah. Akibatnya, Mi Fans harus gigit jari karena banyak seri Xiaomi yang belum masuk resmi ke Indonesia.

Xiaomi malah terkesan menganakemaskan pasar India dengan membangun dua manufaktur di sana.

Ditilik dari regulasinya, memang Negara Kain Sutera itu juga mematok aturan TKDN yang sama seperti Indonesia, yakni sebesar 30 persen. Lantas, apa pertimbangan Xiaomi mendahulukan pembangunan pabrik di India?

Menurut Vice President Xiaomi, Hugo Barra, tak ada niatan sang produsen seri Redmi membeda-bedakan pasar di Indonesia dengan di India. Semuanya hanya soal waktu dan kejelasan pemerintah di masing-masing negara.

"Kami selama ini menunggu kejelasan aturan TKDN di Indonesia karena beberapa kali masih didiskusikan. Di India, aturan TKDN lebih awal ditetapkan sehingga jelas bagi vendor global seperti kami," kata dia pada KompasTekno, Selasa (25/10/2016), dalam sesi roundtable usai peluncuran Mi Note 2 di Beijing, China.

Barra memastikan Xiaomi bakal segera memenuhi TKDN di Indonesia, meski belum menyebut jalur manufaktur seperti yang dilakukan India. Kapan realisasinya pun belum diumbar.

"Untuk detilnya kami belum bisa bilang apa-apa. Yang pasti, dalam waktu dekat seri-seri Xiaomi akan masuk Indonesia," ia menjelaskan.

Di Indonesia sendiri ada tiga skema pemenuhan TKDN yang dirumuskan dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 65 tahun 2016. Ketiganya terdiri dari aspek manufaktur dominan, aspek aplikasi dominan, serta aspek komitmen investasi.

Diketahui, Xiaomi pertama kali mendirikan pabrik di India pada awal 2015. Pabrik keduanya sendiri menyusul pada pertengahan 2016 ini. Keduanya terletak di Kota Sri, di negara bagian Andhra Pradesh.

Pabrik kedua Xiaomi di India berdiri di atas lahan lebih dari 6.000 meter persegi. Kapasitas produksi maksimumnya diperkirakan mencapai dua juta unit setiap kuartal.