Facebook Memperlonggar Sensor Pornografi dan Kekerasan
Facebook berencana melonggarkan mekanisme sensor konten di linimasanya. Pelonggaran sensor di linimasa berarti konten bermuatan pornografi atau kekerasan akan ditampilkan dalam batas tertentu.
Rencana pelonggaran sensor ini diutarakan oleh Vice President of Global Policy Facebook, Joe Kaplan.
Menurutnya, tidak semua konten bernuansa pornografi atau kekerasan itu buruk, terutama bila mengandung nilai berita, sejarah atau hal-hal penting lain yang harus diketahui banyak orang.
“Tujuan kami adalah mengizinkan lebih banyak gambar dan cerita tampil di linimasa, tanpa harus menyajikan hal yang berbahaya atau menyajikan gambar bernuansa kekerasan pada anak di bawah umur, maupun orang-orang yang tidak ingin melihatnya,” terang Joe.
Sebagaimana dilansir KompasTekno dari TechCrunch, Selasa (25/10/2016), langkah tersebut merupakan reaksi Facebook terhadap sejumlah kekeliruan sensor yang belakangan ini terjadi.
Sebelumya, raksasa jejaring sosial itu mendapat kritikan keras akibat menyensor foto Napalm Girl karena menganggapnya sebagai pornografi.
Baca: Foto Bersejarah Dianggap Pornografi Anak, Facebook Dihujat
Foto yang dimaksud memang menampilkan bocah tanpa busana dalam situasi perang Vietnam. Namun perlu dicatat, meski berisi bocah tanpa busana, foto tersebut bermuatan informasi penting mengenai perang Vietnam serta efeknya terhadap masyarakat setempat.
Toh akhirnya Facebook menyadari kekeliruan sensor itu. Foto “Napalm Girl” yang dibagikan oleh jurnalis Norwegia dan media tempatnya bekerja, akhirnya kembali ditayangkan.
Selain kasus foto Napalm Girl, Facebook juga sempat mengalami kekeliruan sensor lainnya. Salah satunya adalah video yang berisi detik-detik terakhir Philando Castile, pria yang ditembak mati oleh seorang polisi karena suatu kesalahpahaman.
Video Philando Castile sempat diblokir selama satu jam, hingga akhirnya Facebook mengembalikannya dengan menyematkan peringatan adanya unsur kekerasan di video.
Facebook berasalan kekeliruan sensor tersebut terjadi akibat alat yang otomatis mendeteksi berbagai konten yang melanggar syarat penayangan.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda